Boston (ANTARA News) - Tiga peneliti Google Inc telah mengungkapkan
virus (bug) keamanan internet yang luas digunakan pada teknologi
enkripsi web yang menurut para peneliti ini bisa membuat peretas mencuri
data lewat serangan web berjuluk "Poodle".
"Poodle" yang dalam Bahasa Indonesia berarti anjing pudel adalah akronim dari "Padding Oracle On Downloaded Legacy Encryption".
Masalahnya
terletak pada sebuah standard enkripsi web berusia 18 tahun yang
disebut SSL 3.0 yang masih luas digunakanan pada browser web dan
website.
Bug ini diungkapkan pada makalah ilmiah yang disiarkan
Selasa kemarin pada laman OpenSSL Project yang adalah kelompok yang
mengembangkan tipe software enkripsi SSL yang masih luas digunakan.
Rumor-rumor
yang menyebutkan bug baru dalam software OpenSSL telah menyebar di
Twitter dan laman-laman teknologi dalam beberapa hari terakhir, telah
mendorong para profesional keamanan jaringan korporat untuk bersiap
menghadapi serangan besar pekan ini.
Sejauh ini tahun ini, mereka
telah merespons bug "Heartbleed" dalam OpenSSL pada April yang
berdampak pada sekitar dua pertiga semua laman dan ribuan produk
teknologi lainnya, selain bug "Shellshock" bulan lalu dalam software
Unix bernama Bash.
Namun para pakar keamanan internet mengatakan
bug yang disingkapkan Selasa malam dan bisa membuat peretas mencuri
"cookies" browser itu tidaklah sebahaya dua bug sebelumnya.
"Yang
ini sangat rumit. Bug ini menuntut peretas memiliki dulu posisi aman
dalam jaringan," kata Ivan Ristic, direktur riset keamanan aplikasi pada
Qualys dan juga pakar SSL.
Jeff Moss, pendiri konferensi
peretasan Def Con dan penasehat pada Departemen Keamanan Dalam Negeri AS
mengatakan bahwa peretas yang berhasil bisa mengeksploitasi bug demi
mencuri sesi cookies pada browser untuk mengendalikan akun penyedia
email, jejaring sosial dan bank yang memanfaatkan teknologi itu.
Namun
untuk menempuhnya, peretes mesti meluncurkan serangan yang menempatkan
si penyerang ada di antara korban dan laman yang mereka kunjungi.
Pendekatan yang biasa dilakukan adalah menciptakan hot spot WiFi jadi-jadian di kafe internet, kata dia.
Matthew
Green, asisten profesor riset pada jurusan ilmu komputer Universitas
Johns Hopkins menyebut kerentanan ini tidak seburuk Heartbleed yang
memungkinkan peretas mengintai atau mencuri kuantitas data maha luas
atau Shellshock yang membuat peretas bisa mengendalikan komputer dari
jarak jauh.
Dia menyarankan kalangan bisnis dan pengguna komputer
untuk mematikan teknologi SSL 3.0 dalam server dan browsernya, namun
ini adalah proses yang sulit bagi pengguna komputer biasa.
"Memang tidak akan merusak infrastruktu internet, namun ini akan sulit untuk diatasi," kata dia seperti dikutip Reuters.
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/458789/peneliti-temukan-virus-enkripsi-web-paling-anyar